Pesugihan Nabi Ibrahim

Bulan haji akan tiba, jadi teringat ada salah satu tokoh sentral yang bernama Ibrahim! Saya biasanya menulis dan menyebut namanya dengan Nabi Ibrahim Alaihissalam (AS). Kisah Nabi Ibrahim ini tentu sangat mengharu biru dan bagi siapa saja yang beragama Islam, pastilah tahu betul siapakah beliau. Ya, Ibrahim, seorang bapak dari Ismail yang rela menyembelih anak semata wayannya hanya demi cinta dan ikhlasnya beliau kepada Sang Penciptanya. Kisah ini tentu saja tidak asing di telinga kita. Bahkan tak tanggung-tanggung, Allah SWT pun menetapkan namanya dalam kitab suci Alquran (Surat Ibrahim).

Tahukah kita bahwa Nabi Ibrahim AS ini sangat kaya? Kita mungkin sering mendengar kisah tentang Nabi Ibrahim AS yang rela mengorbankan segalanya demi Tuhannya, tapi tentu kita tidak pernah tahu bahwa Nabi Ibrahim ini memiliki kebiasaan yang unik yang akhirnya menjadikannya salah satu Nabi Allah SWT yang sangat kaya. Beliau tak pernah menikmati makanannya sendiri. Setiap kali beliau hendak menyantap makanan, beliau selalu mengajak orang-orang yang ada di sekitarnya walaupun dalam jarak bermil-mil (bisa dibayangkan ya betapa dermawannya beliau). Dari makanan-makanan yang disantap bersama orang-orang ini, hartanya tidak semakin habis, sebaliknya hartanya semakin bertambah. Subhanallah!

Bahkan hewan-hewan ternaknya pun semakin berkembang, karena setiap ada tamu maupun orang yang minta, pasti beliau sembelihkan satu ekor atau lebih hewan ternaknya. Suatu ketika, ada seseorang yang mengagumi kedermawanan Nabi Ibrahim berkata, “Hai Ibrahim, engkau dikenal sebagai Nabi yang sangat dermawan, engkau hidangkan tamu-tamumu dengan sembelihan hewan dan engkau kurbankan hewan-hewan ternakmu untuk kaum. Apa yang menjadi dasar dan pedomanmu itu?”. Nabi Ibrahim pun menjawab, “Aku diperintahkan oleh Allah untuk saling berbagi kepada sesama, menghormati tamu dan berkurban dengan menyembelih hewan-hewan ternakku untuk orang lain”. Tak disadari, Nabi Ibrahim menambahi ucapannya, “Seandainya Allah memerintahkanku untuk menyembelih anakku, aku pun siap menjalankan perintah-Nya”. Saat itulah terjadi peristiwa yang tertuang dalam surah Ash-Shaffat ayat 102 – 111. (kisah lengkap tentang Nabi Ibrahim ini bisa dibaca di sini.

Ya, begitulah pesugihan Nabi Ibrahim AS. Saat kita mendengar kata pesugihan, pikiran kita biasanya langsung mengarah ke sesuatu yang berbau klenik. Ya pesugihan berasal dari bahasa Jawa yang berarti sesuatu yang bisa membuat kaya. Nah, pesugihannya Nabi Ibrahim ini lain. Pesugihannya ini berupa suka memberi makan orang lain. Dalam kitab Nashoihul Ibad, perbuatan Nabi Ibrahim ini masuk dalam bab Idhoolussuruur atau memberikan kebahagian untuk orang lain. Di kitab tersebut dijelaskan secara singkat namun mengena bagaimana Nabi Ibrahim AS memperlakukan hartanya dan orang-orang di sekitarnya.

Nah, ngomong-ngomong tentang mengajak makan orang lain ini, saya teringat teman saya (teman saya ini tergolong sangat amat muda jika dilihat dari apa yang dimilikinya), seorang kontraktor sukses dan kalau orang biasa melihatnya pasti menganggap dia tidak waras. Betapa tidak, (setidaknya menurut pengamatan saya selama berteman dengannya dan bertemu dengannya di mana saja saat ada kesempatan) ia selalu mengajak teman-temannya untuk menemaninya dia makan, entah di warung, di emperan, atau bahkan di restoran paling mahal sekalipun. Anehnya lagi, dia tak pernah menghitung jumlah piring atau makanan yang akan dipesan teman makannya itu.

Pernah suatu ketika, dia mengajak saya makan di salah satu rumah makan yang harganya tergolong lumayan mahal. Saya perhatikan di belakang saya ada beberapa orang yang tidak saya kenal membuntuti saya di belakang. Saya kira mau minta tanda tangan saya ahhahaha #guyonbro. Ternyata, mereka ketemu satu meja dengan kami dan lebih terkejut lagi, mereka adalah teman-teman kontraktor ini. Saya langsung terbayang apa saja yang dipesan mereka setelah itu. Kira-kira habis berapa ya?

Saya pun penasaran, dan akhirnya bertanya, ‘Bro, tak sawang-sawang awakmu kok senengane nraktir koncomu, opo ora bosen? Dia pun dengan enteng menjawab, ‘Dol, awakmu ngerti ora? Biasane mari mangan karo wong-wong ngene iki selang 1 jam utowo 2 jam aku oleh telpon utowo SMS isine garapan. Jumlahe yo macem-macem, biasane tergantung piro sing wis dibayarno kanggo mangan-mangan.’

Saya pun terdiam sejenak dan langsung ingat dulu ketika membala kitab Nashoihul Ibad yang membahas perihal mendatangkan kebahagiaan untuk orang lain (Idhoolussuruur) dan dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS, dengan mengajak makan siapa saja yang ada di sekitarnya saat beliau hendak menyantap makanan.

Semoga kita bisa menauldani Nabi Ibrahim AS. Semoga kita dijadikan manusia-manusia dermawan yang selalu menebarkan kebahagiaan bagi sesama, apa pun agama, suku, dan rasnya. Amin amin amin.

Leave a comment